Ketika Feminisme menjadi Obrolan, Berabad Lalu Aisyah RA. telah Menjungkirbalikkannya

Oleh Aulia Puspita Supriyadi

Dari satu di antara 280 juta kemungkinan yang ada, dan akhirnya manusia yang hadir adalah Anda. Baik sebagai pria ataupun wanita.  Sebab Anda—kita—adalah sebaik-baiknya takdir yang akan mewarnai kejadian di muka bumi ini dan berperan dalam keharmonisan alam semesta. Semua telah ditata dalam fitrahnya masing-masing. Sehingga, Allah sudah menciptakan fitrah yang sesuai dengan porsi dan bentuk kemampuan bagi setiap pemerannya.

Beberapa waktu lalu, hegemoni pemikiran barat mulai bermunculan dan produk-produk pemikiran barat aktif disosialisasikan dengan dalih menuntut kesetaraan gender. Bentuk-bentuk kampanye yang dilantangkan atas dasar penyuaraan hak asasi manusia. Lemahnya wawasan keagamaan seseorang membuatnya ikut dalam arus yang menghendaki terpecahnya batas-batas pembeda antara laki-laki dan perempuan dalam status sosial dan perannya di masyarakat.

Para wanita tak sedikit yang menyalahartikan kebebasan mereka dalam memperoleh haknya. Kaum-kaum yang termakan akan propaganda kesetaraan gender tak jarang terlalu terikat dengann kesibukan di luar rumah dan melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri maupun seorang ibu. Fenomena feminisme itu tidaklah muncul secara tiba-tiba, melainkan wujud dari kecemasan invidu yang menghendaki perubahan dan bergabung dalam tindakan bersama, namun latar belakang setiap pelaku tersebut tidaklah sama.

Kata feminsime yang paling sering disebut adalah feminsime liberal dan feminisme radikal. Feminis liberalis muncul untuk memberikan reaksi terhadap kebijakan pembangunan liberal tersebut, sehingga perempuan dapat memiliki akses dan kontrol yang sama pada pekerjaan dan imbalan ekonomi (Umar, 2005). Sementara itu, feminisme radikal memandang bahwa  perempuan ditindas oleh sistem patriarkis. Suatu bentuk penindasan yang mendasar, dam berganda seperti rasisme, eksploitasi jasmaniah, heteroseksisme, kelas-isme. Dalam analisis feminisme radikal, unsur pokok patriarki adalah adanya kontrol terhadap wanita melalui kekerasasn. Keluarga inti sebagai institusi masyarakat yang mewajibkan heteroseksualitas dituduh sebagai benteng kekuasan patriarkis. Oleh karena itu, mereka menwarkan homoseksualitas. Dengan adanya kebebasan itu, akan ada kemungkinan untuk menghilangkan penindasan individual dan structural.

Pada umumnya, masyarakat belum sepenuhnya mampu menyerap makna feminisme, sehingga munculah sikap reaksional terhadap isu-isunya. Fenomenal sosial yang sudah tampak nyata dewasa ini adalah para perempuan menganggap pentingnya kesetaraan dalam mengejar tingkat ekonomi dan eksistensi dalam sosial dan pergaulannya. Sehingga tak sedikit peran domestiknya menjadi terbengkalai bahkan pada beberapa kasus berujung pada masalah rumah tangga.

Ratusan abad yang lalu setelah islam datang, wanita begitu dimuliakan dalam Islam. Permasalahan auratnya dijaga dan haknya diperhatikan. Mulai dari hal penciptaan, pria dan wanita punya kedudukan yang sama bahkan dalam hal balasan dan hukuman, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 97 yang artinya:

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Sejak ajaran islam mulai dibawakan oleh Rasulullah ﷺ, derajat perempuan diangkat, budak-budak dibebaskan, hak-hak wanita untuk hidup diberikan secara penuh, hak untuk bersosialisasi, hak mendapatkan pengetahuan seluas-luasnya, serta memiliki kesempatan untuk berpendapat. Bahkan, perempuan di zaman Rasulullah ﷺ juga dapat ikut serta dalam aktivitas dakwah dan peperangan. Wanita juga seorang khalifah fil ard. Wanita boleh melakukan suatu hal untuk memberikan kontribusi dan kemanfaatan bagi ummat dan bagi masyarakat. Membangun bumi tentu bukan hanya tugas satu orang saja melainkan bahu membahu, tidak terkecuali wanita. Emansipasi wanita menurut islam artinya mendudukkan wanita setara sebagaimana laki-laki, namun tidak bertentangan dengan fitrah atau kodrat wanita. Banyak figur wanita islam yang muncul dan memberikan insipirasi baru bagi kultur masyarakat Arab dimana sebelumnya wanita menjadi kaum yang marginal, di antaranya adalah Aisyah bin Abu Bakkar Ash-Shiddiq radhiallahu anha.

Aisyah bin Abu Bakkar Ash-Shiddiq radhiallahu anha merupakan salah satu teladan wanita sepanjang sejarah, sebab kemuliaanya, keagungan, dan kecerdasannya yang tampak dalam dirinya tak terkalahkan oleh seluruh ilmu pengetahuan yang dimiiki para wanita sepanjang sejarah. Dalam hal pendidikan, Aisyah dididik dalam asuhan Rasulullah ﷺ, seorang guru terbesar dalam sejarah kemanusiaan. Nabi membentuk kepribadian dan jiwa Aisyah sebagai wanita dengan ghirah setia, bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan ghirah yang menakjubkan yang dimiliki oleh Aisyah, ia menyempurnakan pendidikannya, mengamalkan dan menyampaikan seluruh ilmunya, untuk menjadi wanita yang luhur dan dijadikannya wanita yang akan menerangkan ajaran Islam kepada wanita-wanita lain sepanjang zaman. Berkata Imam az-Zuhari: “Kalau seandainya dikumpulkan seluruh ilmu manusia dan istri-istri Nabi yang lainnya, tentu ilmunya Aisyah lebih luas dibanding ilmunya mereka semua”. (dalam kutipan Kisah Keteladanan Aisyah, oleh Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, 2013).

Aisyah adalah figur dan potret wanita ideal nan agung. Tak heran kalau ia sampai pada derajat seperti yang disabdakan Rasulullah ﷺ,”wanita adalah ‘belahan jiwa pria’. Melalui kecerdasan dan ketajaman ingatannya itu, Aisyah dikenal pula sebagai periwayat hadis Nabi ﷺ. Tidak kurang dari 2210 hadist telah beliau riwayatkan dari Rasulullah ﷺ sehingga menempatkan dirinya termasuk jajaran para shahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Selain itu, Aisyah juga dikenal sebagi wanita yang mampu menyusun kata-kata dan piawai melakukan orasi. Ia pun tak segan untuk bersuara lantang saat di hadapannya ada penyelewengan yang ia anggap tak sesuai dengan Alquran dan Sunah (dalam kutipan Kitab Mausuah Aisyah Ummul Mukminin, penerjemah oleh Ahmad Zawawi, Arif Dhiyaul Haq). 

Berdasarkan sudut pandang agama, syariat, akhlak, kemuliaan, dan kesucian, Aisyah tidak bisa dibandingkan dengan perempuan terkenal mana pun pada masa kini dan masa-masa sebelumnya. Sejarah manusia tidak pernah lagi melahirkan seorang perempuan lain seperti Aisyah yang mampu melaksanakan segenap tugas keilmuan, menjalankan amanah dakwah dan pengajaran dengan sempurna, memainkan peran sosial dan politik yang sangat penting, tapi pada saat yang sama, ia tetap melaksanakan seluruh kewajiban agama secara konsisten dan memelihara tingkah laku serta budi pekerti dengan baik.

Itulah Aisyah, sosok dengan sifat-sifat paripurna yang telah menghadirkan teladan ideal bagi kaum perempuan. Itulah warisannya yang abadi. Sehingga sebagai seorang muslimah kita tidak perlu berteriak lantang dan mendukung pergerakan feminisme yang dibuat oleh bangsa barat sebagai sebuah gerakan untuk memulihkan martabat, kebebasan, dan kesetaraan manusia di bumi. Padahal hal tersenyembunyi yang tidak kita sadari adalah, bermain dengan paradigma itu seperti bermain pisau yang bermata dua. Ada kerugian mungkin ada keuntungan. Namun jika tidak ada dalam Al-hadist atau Al-Quran tentu kita tahu bagaimana menyikapinya. Sebab melalui Aisyah para perempuan telah berhutang dalam segala bidang kehidupan. Allahu a’lam bi shawab.

Referensi

Dr Abdurrahman bin Shalih al-Asymawi, Aisyah: Istri Rasulullah Dunia dan Akhirat. Embun Publishing Cetakan: I, Juni 2007.

https://dalamislam.com/info-islami/emansipasi-wanita-dalam-islam

Sahara, Ziani, 2017. Skripsi. Pendidikan Karakter „Aisyah R.A. Dalam Buku Sirah „Aisyah Ummul Mukminin R.A. Karya Sulaiman An-Nadawi. Lampung: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN.

Umar, Muthiah, 2005. Propaganda Feminisme dan Perubahan Sosial. MediaTor Vol. 6 No. 2. Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/ DIKTI/ Kep/ 2005.

4 thoughts on “Ketika Feminisme menjadi Obrolan, Berabad Lalu Aisyah RA. telah Menjungkirbalikkannya

    • castuarine says:

      Hey, what’s up 🙂 if you have articles, it’s good to share, we will read it. thanks for appreciating us.. have a good day

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *